Title: Everything’s Sacrifice
Tokoh: Kyu-Seohyun ship, Yesung
Genre: Romance
Disclaimer: tokoh sebenarnya milik Tuhan, dan fanfic milik saya. NO BASH. KALAU ADA YANG MAU COPAS, CANTUMKAN FULL CREDIT BERLAKU LHOH YA ^^ *pede* TIDAK SUKA, JANGAN BACA. HAPPY READING~~ DON’T FORGET TO REVIEW, GAMSAHAMNIDA^^
EVERYTHING’S SACRIFICE
*Seohyun POV*
Baru saja aku mulai mengerjakan tugas Matematika dari sekolah, tiba-tiba handphoneku berdering menggetarkan meja yang kugunakan untuk alas menulis.
’Kyuvil calling you’
Aiss~ namja aneh itu lagi yang meneleponku. Sambil tetap berkutat dengan soal matematika yang sama sekali tidak kupahami ini, aku pun menerima panggilan dari Kyuhyun tadi.
”Yeoboseyooo~~” seru Kyu dari seberang sana.
”Kyu! Jangan teriak-teriak, aku ini masih bisa mendengarmu walau kau cuma berbisik!” sentakku ketus.
”Aiss~ mianhae. Kau sedang apa? Mau jalan?”
”Aku tidak bisa diganggu untuk kali ini.” sahutku cepat.
”Memangnya kau sedang apa? Aku ingin mengajakmu ke restoran baru di dekat dormku. Enak lho! Kemarin aku mengantarkan Teukkie hyung membeli ramen, dan aku pikir asyik kalau aku ke sana bersamamu.”
”Mianhae, tapi aku tidak bisa. Jeongmal mian” tidak kupedulikan ocehan Kyu yang seperti tidak bisa putus itu.
”Kau sedang apa sih??”
”Matematika.”
”Ada apa dengan matematika?” suara Kyu tampak bersemangat.
”Soal ini sangat susaaah~~” keluhku kepadanya.
”Tunggu aku, aku akan ke rumahmu!”
”Tapi,...” baru saja aku mau menolak kedatangan dia, namun Kyu sudah keburu memutuskan jaringan telepon. Bukan karena apa, tapi aku lebih suka Yesung Oppa yang membantuku daripada namja tengil seperti Kyu. Yaah, walau aku tahu kalau Kyu jauh lebih pintar dalam bidang matematika daripada ayah Ddangkoma yang kukagumi dari sekian lama.
>SKIP<
”Kyaaa~~ kau pintar sekali!” seruku girang setelah tugas matematikaku tadi selesai karena dibantu Kyuhyun.
”Kekeke~ tidak juga. Sekarang kau mau ’kan ku ajak pergi?” sahutnya dengan tatapan memohon. Aku jadi tidak tega menolaknya kali ini.
”Aku siap-siap dulu.” jawabku sambil mengedipkan mata. Tak lama kemudian aku sudah siap dengan rok selutut dan jaket putih favoritku. Aku dan Kyu pun langsung pergi ke restoran yang dia maksud menggunakan mobil yang dia bilang pinjam dari Yesung Oppa.
”Hm, ini Victoria eonnie kan? Kenapa fotonya ada di sini?” tanyaku tersentak melihat foto seorang yeoja di dashboard mobil.
”Kau belum tahu? Itu yeojachingu Yesung-hyung. Mereka jadian sekitar dua minggu yang lalu” jawab Kyu sambil tetap memperhatikan keadaan jalan.
”Kau tidak memberitahuku??” seruku kaget.
”Lhoh, aku pikir kau sudah melupakannya. Ayolah, ini sudah dua tahun sejak kau menyukai hyungku itu dan sudah disakiti berulang kali.”
”Aaah! Mana mungkin aku melupakannya! Aku tahu aku sudah banyak menangis karena dia, tapi aku yakin sebenarnya dia tidak bermaksud membuatku sedih!” elakku membela Yesung Oppa.
”Sudahlah, jangan menggangguku saat menyetir! Nanti kita bicarakan kalau sudah sampai.” bentak Kyu tegas. Aku hanya melongo memandanginya membentakku. Aku belum pernah dibentak Kyu sekeras ini sebelumnya.
”Ah~ Mian. Aku tidak bermaksud marah padamu.” sambungnya saat menyadari aku memandangi Kyu dengan pandangan bingung. Sementara aku langsung memalingkan wajah ke jendela mobil. Aku merasa hatiku remuk. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Rasanya semuanya hanya hitam dan putih. Sudah tidak ada warna di hidupku. Semangatku retak dan sedikit demi sedikit hancur. Bulir-bulir air mata pun tak ayal segera membasahi pipiku.
@Restoran Haengbok
”Ayo turun.” ajak Kyu lebih lembut kepadaku saat kami sudah sampai di rumah makan yang dituju. Aku tahu seharusnya aku membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Tapi seakan kegundahan telah merantai kaki dan perasaanku sehingga aku enggan keluar dari tempat parkir sumpek ini.
Tiba-tiba Kyu membuka pintu di sebelahku dan segera membopongku keluar.
”Ya!! Apa-apaan kau ini?? Tidak sopan!” gertakku sambil mencakar wajah Kyu. Dia langsung menurunkanku dan menatapku sebal.
”Kau berat.” hanya itu yang dia ucapkan, dan Kyu langsung masuk ke dalam restoran meninggalkanku yang masih lemas berada di luar.
”Tunggu!” seruku sambil mengejarnya masuk.
>SKIP<
”Kau ini kenapa? Baru saja kau kegirangan menyelesaikan tugas, dan sekarang kau sudah bersedih seperti ini? Pabboya.”
”Kau yang pabbo!” sungutku sebal.
”Jangan cemberut lagi.”
”Kau yang bilang kalau aku tampak lebih manis kalau marah.” Kyu langsung terdiam mendengar jawabanku kali ini.
”Aku sebal padamu.” lanjutku sambil menatap Kyu tajam.
”Waeyo? Aku selalu baik padamu” ujar Kyu tidak terima.
”Perihal couple baru di dormmu…”
“Aku sudah mengingatkanmu untuk melupakan dia. Pastinya kau masih ingat. Makan saja dulu” dengan santai Kyu mengaduk-aduk spagghetinya.
”Aku juga sudah pernah bilang kalau aku sudah cinta mati kepadanya.
”Aiss, masa bodoh dengan cinta mati. Kalau dia sudah bahagia dengan oranglain seharusnya kau juga ikut bahagia. Hm, maksudku, kau kan tulus mencintai hyungku itu.”
Sekarang aku yang ganti terdiam. Hm, mungkin benar apa yang dikatakan Kyu. Tapi, aku sama sekali belum bisa merelakan Yesung oppa menjadi milik orang lain. Setelah kenangan indah yang kami miliki bersama? Oh, yang benar saja dia harus kulepas semudah yang dikatakan Kyu.
”Kupikir dua tahun akan meluluhkannya.” keluhku pedih.
”Luluh? Kau bercanda? Mau sampai sepuluh tahun pun kalau kau tidak berusaha mendekatinya juga pasti akan sama saja!” tegas Kyu sambil menunjukkan kesepuluh jarinya.
”Aku bukan bermaksud membuatmu sedih. Tapi saranku, lebih baik kau cari namja lain.” lanjutnya.
Ku cerna dalam-dalam perkataan Kyu, dan kembali meneteslah air mata mengalir di wajahku. Ku tutup wajahku dengan kedua tangan dan mulai terisak perlahan.
Tiba-tiba tangan Kyu membelai rambutku dan duduk di sampingku. Di benamkannya kepalaku di pundaknya.
”Menangislah jika kau merasa itu akan melegakanmu.” kata Kyu lembut sambil mengusap kepalaku. Tak ayal, tangisku semakin deras dan baru setengah jam setelah itu kami beranjak pulang.
Malamnya, aku semakin tidak kuasa menahan diri. Kupandangi fotoku bersama Yesung oppa yang selalu kujadikan hiasan teman tidurku. Banyak yang sudah aku beritahu tentang foto ini tapi sekian banyak dari mereka mengatakan kami berdua tidak cocok. Namun aku hanya menganggap komentar mereka angin lalu, aku selalu yakin bahwa suatu saat nanti aku dan Yesung oppa akan bersatu.
Hatiku terasa pedih, seakan teriris-iris menjadi daging beef yang dijual di pinggir jalan. Setelah sekian lama air mataku mulai terkuras dan akhirnya aku hanya bisa menangis dalam hati. Sungguh, ini semua menyakitkan. Setelah apa yang aku lalui selama dua tahun penuh harapan akan kebersamaanku dengan Yesung oppa, kini semua sia-sia. Hangus. Hancur. Sangat menyakitkan jika aku teringat betapa dekat hubungan kami dulu. Bahkan saking dekatnya, pernah ada yang terkecoh kalau kami berdua sempat pacaran. Tapi itu semua tinggal bayang semu, aku tidak mampu membangkitkannya lagi. Tidak bisa.
Keesokan harinya aku bangun dengan keadaan mata yang masih sembab dan bengkak. Untung saja hari ini libur, sehingga aku tidak perlu malu berangkat ke sekolah dengan mata yang bidu ini.
”Eomma, aku pergi ke taman dulu ya!” seruku kepada eomma yang sedang memasak. Aku tidak melihat anggukannya tapi dengan mendengar eomma ku berdehem juga sudah cukup menjadi izin untukku. Ku kayuh sepeda hijau muda pemberian Yeon-ssi bulan lalu saat perayaan ulang tahunku. Bicara tentang ulang tahun, aku jadi teringat jaket putih yang kemarin kupakai adalah pemberian Yesung oppa. Dia juga menyertakan kertas kecil berisi kata-kata: ”Aku tidak tahu kau suka warna putih atau tidak. Tapi menurutku jaket putih ini akan semakin membuatmu tampak seperti bidadari Seoul. Saengil chukkae hamnida”. Tentu, aku masih hafal isi ucapannya. Dan itu pernah membuatku melayang. Berbeda dengan sekarang, setelah teringat hal tersebut dadaku malah terasa sesak.
Setelah beberapa kali mengitari taman, aku mulai lelah dan memilih bersantai di bangku pinggir taman. Kuteguk botol minumanku sampai tandas isinya. Tiba-tiba seseorang menutup kedua mataku.
”Siapa ini?? Jangan main-main ya! Appaku seorang polisi!”
”Hahaha, yang benar saja. Dasar cemen!” seru seseorang itu dan dia segera duduk di sampingku.
”Ternyata kau Kyu! Kalau kau mungkin tahu jika aku berbohong. Tapi orang lain kan tidak.” sahutku sambil tertawa.
”Akhirnya kau tertawa juga. Tadi malam aku meneleponmu tetapi handphonemu tidak aktif, bahkan saat menelepon telepon rumah eommamu bilang kau sudah tidur. Aku tidak percaya, tahu!”
”Sebenarnya eomma memang mengira aku sudah tidur karena setelah makan malam aku berpamitan ingin istirahat. Ah, asal kau tahu saja, aku menangis semalaman!” ceritaku buas. Aku mulai tidak bisa mengendalikan perasaanku lagi.
”Aku tahu. Matamu saja terlihat seperti habis ditonjok satpam. Besar besar! Hahaha!”. Aku membalas ejekannya dengan meringis kesal. Aku sedang malas berdebat dengan namja evil yang satu ini.
”Hayooo? Kau ingin menangis lagi?” goda Kyu menatapku geli. Hahaha, benar saja. Air mata sudah menggantung di kelopak mataku. Aku pun segera mengusap kedua mataku dan tertawa keras.
”Sok tahu! Aku habis menguap! Aku tidak akan menangis gara-gara dia lagi!”. Kyu hanya menatapku khawatir dan tersenyum kecut.
”Kau sama sekali tidak pintar berbohong, Seohyun.” ucapnya lembut. Tawaku berhenti. Dan air mata secara tiba-tiba menetes. Aih~ bisakah aku tidak menangis untuk hari ini?!
Diusapnya air mata di pipiku. Lalu dengan lembut dikecupnya dahiku.
”Aku tidak suka melihatmu menangis. Tapi aku juga tidak bisa membuatmu tertawa. Maafkan aku hanya bisa memandangimu bersedih tanpa berbuat apa-apa.”
”Nae... nae gwaenchanayo... tidak penting juga kau mempedulikanku. Aku sudah cukup senang mempunyai seorang teman yang mau menemaniku menangis, hehehe...” kupaksakan diriku untuk tersenyum. Untuk beberapa menit kemudian kami hanya terdiam dan tenang memandangi awan di langit.
”Bagaimana hubunganmu dengan Minri sendiri?” tanyaku berhati-hati kepada Kyu.
”Tidak ada yang menarik. Kami tidak pernah lebih dari sepasang teman.” jawabnya memelas.
”Wah, padahal aku berencana ingin menguras kantongmu habis-habisan jika kalian sudah menjadi sepasang kekasih.” seruku mencoba menghiburnya.
”Ayo pulang. Sudah siang.” ajak Kyu menggeret lenganku berbalik ke tempat penitipan sepeda. Ternyata sepedanya diparkirkan tidak jauh dari sepedaku.
Sejak saat itu kami berteman akrab. Bahkan sudah seperti oppa dengan saengnya. Aku mulai merasakan hal yang berbeda terhadap Kyu. Tapi segera aku tepis perasaanku ini karena aku masih yakin bahwa rasa sayangku masih terkumpul pada diri seorang Kim Jong Woon.
^24 Agustus^ @dorm Super Junior
Dengan pelan kutapaki jalan menuju sebuah asrama. Asrama milik boyband terkenal saingan girlbandku dan kami berasal dari agensi yang sama. Tapi bukan berarti kami bermusuhan lho, bahkan kami semua saling menyayangi dan kompak.
Kyu sepertinya sudah menungguku di depan pintu sejak tadi. Terlihat dari raut mukanya yang masam karena aku memang agak telat dari perjanjian semula yang menyatakan kalau aku akan sampai di sana 10 menit lebih awal. Namun dalam kenyataannya aku malah terlambat 20 menit lebih.
”Apakah wanita selalu lama saat mengoles bedak?” sungut Kyu.
”Apakah laki-laki tidak pernah telat datang saat first date?” balasku.
”Aku tidak tahu. Aku belum pernah kencan.” sahutnya polos.
”Bohong! Hahaha” sementara Kyu hanya tersipu malu.
Sebenarnya kedatanganku ke sini bukan untuk berkencan dengan Kyu. Aku bahkan sudah tidak merasakan hal aneh yang pernah kualami dulu tumbuh di dalam hatiku. Aku hanya menganggap dia sebagai sahabatku. Sambil menenteng tas merah berisi kado yang juga dibungkus warna merah tua, aku masuk ke dalam menuju pesta kecil-kecilan untuk merayakan hari ulang tahun Yesung oppa.
Setelah melewati beberapa sesi yang biasa dilakukan saat pesta ulang tahun, kini giliranku untuk memberikan kado kepada Yesung oppa. Sambil tersenyum menahan air mata karena mengingat pesta ulang tahun kali ini dia sudah memiliki yeojachingu, aku berjalan mendekatinya.
”Saengil Chukkae hamnida, Oppa” ucapku pelan sambil menyerahkan bungkusan mungil yang dilapisi kertas kado merah yang sudah aku siapkan.
”Gomawo.” setelah mengucapkan terima kasih, tak kusangka Yesung oppa langsung memeluk dan mengecup pipiku. Aku tersentak kaget dan refleks mundur beberapa langkah darinya.
”Hehehe... Mianhae oppa. Ehm, dimana Victoria eonnie?” tanyaku bergetar.
”Dia tidak bisa datang tepat waktu. Mungkin satu jam lagi dia baru sampai ke sini.” jawabnya lembut, seperti biasa. Aku hanya mengangguk pelan dan mundur menuju sofa untuk mempersilakan member lain turut serta memberinya kado.
40 menit kemudian acara selesai dan aku masih terduduk lemah di sofa. Aku belum, belum bisa melupakan Yesung oppa secara utuh. Dan bahkan aku belum rela melihatnya bersanding dengan yeoja lain. Tapi setelah sekian lama waktu yang aku habiskan bersama Kyuhyun, aku sadar, sebagian hatiku sudah dibawa lari olehnya. Walau hati berdalih dia hanya seorang teman, tapi bukan tidak mungkin aku sedang membohongi diriku sendiri.
”Seohyun,” panggil Kyu sambil mengulurkan tangannya.
”Mwoya?”
”Berdirilah.” ujarnya kemudian. Aku hanya menuruti permintaannya. Tapi sekian detik kemudian dia malah berlutut di hadapanku. Dikeluarkannya sebuah kotak berwarna perak dari saku dan dibukanya perlahan. Sekejap dia tertunduk dan berpaling ke arah Yesung oppa. Sementara Yesung oppa hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Kyu pun kembali menatapku tajam. Namun, bukan kesan tegang yang aku lihat dari pancaran matanya, tetapi rasa teduh mulai menyelimuti hatiku.
”Maukah kau menjadi yeojachinguku?” pinta Kyu sambil menyelipkan cincin di jari manisku. Aku tersentak kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulut evil itu. Aku hanya ternganga dan menatapnya tidak percaya. Setelah cincin itu bertengger di jariku, Kyu pun berdiri dan memelukku erat. Entah, tapi aku tidak mampu untuk melepaskan diriku dari pelukannya. Ini semua terasa sangat mendamaikan hatiku. Tapi beberapa detik kemudian aku sadar kalau rasa yang aku miliki terhadap Kyu bukan menjurus untuk menjadi yeojachingunya, namun hanya hubungan sebatas oppa dan saeng. Aku lebih nyaman menjadi adiknya daripada kekasih Kyu. Perlahan kulepaskan pelukan itu dan menatap Kyu lembut. Aku harus berkata apa supaya dia mampu mengerti perasaanku yang sebenarnya.
”Kyu...” ku penggal kalimatku untuk beberapa lama.
”Mwo?”
”Mianhae. Tapi aku sudah menganggapmu lebih dari seorang namjachingu untukku.”
”Lalu?”
”Aku menganggapmu sebagai kakak tersayangku. Aku lebih nyaman menjadikanmu menjadi kakakku. Percayalah, peranmu di hidupku jauh lebih mulia untuk dijadikan sebagai kakak daripada pacar. Aku merasa seperti menurunkan penilaianku terhadapmu jika menerima permintaanmu tadi. Jadi,...” lagi-lagi aku tidak mampu menyelesaikan perkataanku.
”Aku tidak bisa menerimamu. Ada seseorang yang masih menempati ruang untuk ’itu’” ucapku hati-hati sambil menggenggam tangan Kyu yang terasa dingin. Sementara Kyu hanya memandangku lemas. Namun, tidak berapa lama kemudian dia tersenyum seakan tahu maksud dari untaian perkataanku tadi.
”Gomawo sudah menganggapku sebagai kakakmu. Aku percaya kalau peran seorang kakak akan selalu teringat, sedangkan kalau pacar pasti akan mudah terganti, kan?” sahutnya ringan. Tapi aku merasa kalau Kyu sedang menahan kesedihan yang dalam.
”Mianhae...”
”Kau tidak salah apa-apa. Aku yang terlalu keGRan menganggapmu juga menyukaiku!” serunya dengan tangis yang tertahan.
”Kyu, kau benar jika menduga aku menyukaimu! Aku bahkan sangat menyayangimu! Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sehingga kau percaya kalau sebagian hatiku bahkan sudah kau curi! Aku tidak berbohong. Tapi kenyataannya aku belum bisa sepenuhnya menerimamu menggantikan seseorang yang sekian lama bernaung di hati ini.” tangisku kembali pecah. Aku tidak mampu menahannya lagi.
”Dan untukmu Yesung oppa, aku tahu dua tahun bukan waktu yang seberapa bagimu untuk mempersilakan diriku masuk ke dalam hatimu. Tapi asalkan kau tahu, aku sangat menyayangimu dan berbulan-bulan bertahan hanya untuk menanti hatimu terbuka untukku. Alasan aku bertahan hanya karena senyummu yang memberiku harapan oppa! Tapi akhirnya kau kini sudah bahagia dengan Victoria eonnie dan aku sama sekali tidak bisa menahanmu untuk dimiliki orang lain. Oppa, saranghaeyo...!” dalam sedu tangis ku keluarkan seluruh isi hatiku. Saat mengerjapkan mata kupandangi Yesung oppa yang terlihat sangat kaget mendengar pernyataanku. Perlahan dia mendekatiku dan memelukku lembut.
”Jebal, berhentilah menangis.”. Demi menuruti permintaannya aku segera berusaha mengendalikan perasaanku dan mengusap air mata.
”Kau tahu? aku bahkan sudah tertarik padamu sejak tiga setengah tahun yang lalu.” ucapnya sambil tersenyum. Kini gantian aku yang melongo.
”Pertama melihatmu aku sudah terpesona dengan keanggunanmu. Semakin aku mengenalmu, semakin aku tahu kepribadianmu dan itu semua membuatku semakin jatuh cinta kepada seorang Seo-Joohyun. Aku bukanlah tipe laki-laki yang berani mengungkapkan perasaan. Jadi aku hanya menyimpan perasaanku ini. Hingga akhirnya empat bulan sebelum aku resmi berpacaran dengan Victoria, Kyu bercerita kepadaku kalau dia sedang jatuh cinta terhadap seorang yeoja. Aku tanya, siapakah orang itu? Dia menjawab dengan mata berbinar, ’Seohyun’. Lantas, seluruh perasaanku mencelos. Aku bingung. Mana yang harus aku pilih, antara dongsaeng kesayangan atau meminangmu sebagai yeojachinguku. Akhirnya aku putuskan untuk membahagiakan Kyu dan aku sendiri mencari yeoja lain. Tak lama aku bertemu Victoria dan merasa cocok dengannya. Walau hati rasanya masih remuk aku perlahan menatanya sendiri dan beberapa minggu kemudian aku memberanikan diri meminta Victoria menjadi yeojachinguku untuk melengkapi bagian yang hilang, kau Seohyun. Aku sendiri sadar, Victoria tidak sepenuhnya bisa menggantikanmu, aku masih sering terbayang dirimu, sungguh. tapi, apakah aku mampu terlampau tega membiarkan Kyu tersakiti kalau aku malah merebut dirimu menjadi milikku? Aku tidak akan pernah tega melihat Kyu sedih.” Yesung oppa menceritakan semuanya panjang lebar.
”Tapi kemudian Kyu sadar kalau aku juga menyukaimu Seohyun. Dia awalnya agak marah kepadaku dan langsung mundur dari acara pendekatan denganmu. Tapi aku meyakinkannya kalau aku baik-baik saja dan mengancamnya tidak akan mau menjadikan Kyu sebagai adik kesayangan kalau dia mundur saat itu juga. Aku terus mendorong dia untuk optimis dan berusaha memilikimu seperti impiannya setiap hari sebagai bagian dari permintaan maafku kepada Kyu karena tidak jujur kalau aku juga menyukaimu. Akhirnya, dia pun minta izin kepadaku untuk meminta kepadamu untuk menjadikanmu sebagai yeojachingunya di acara ulang tahunku. Aku hanya bisa mengangguk dan meyakinkan diri kalau aku akan bisa bertahan melihatmu dimiliki orang lain. Tapi apa yang kulihat sekarang? Kyu yang biasanya jahil kini hanya duduk lemas. Aku tidak menyangka semua akan berakhir seperti ini. Aku pikir kau akan segera menerimanya karena aku menduga kau juga menyayangi Kyu karena sikapmu yang begitu peduli terhadap keseharian dan tingkah laku Kyu. Karena sebab itulah aku kadang cemburu terhadap Kyu dan semakin menguatkan keinginanku untuk pergi dari bayang-bayangmu serta menyatukan kalian berdua.” lanjut Yesung membuatku semakin tidak percaya kalau aku sekarang masih menapak di Bumi.
Kupandangi Yesung oppa sebentar dan ku kuatkan bibirku untuk mengatakan sesuatu.
”Bukannya ingin mengecewakanmu Oppa, tapi sungguh, aku masih terbayang-bayang akan dirimu. Aku tidak mau jika aku terlanjur menerima tawaran Kyu tadi namun status itu sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang aku dambakan. Mianhae, aku masih menyayangimu, saranghaeyo...”
”Nado saranghaeyo. Mianhae, aku sekarang sedang berusaha untuk benar-benar menyayangi Victoria dengan segenap hatiku. Jadi,... kau tahu kan maksudku?”.
Aku mengangguk pelan dan kupandangi Yesung oppa yang tersenyum menahan tangis. Perlahan ku palingkan pandanganku kepada Kyu yang terduduk lesu. Ku hampiri dia dan aku berlutut di depannya.
”Aku bukan menolakmu dalam semua kesempatan, Kyu. Aku hanya perlu mencoba menyayangimu. Beri aku waktu lebih lama. Dan ketika kau masih sabar menungguku, aku akan datang kepadamu dan mengatakan aku siap menjadi pendamping hidupmu. Aku janji.”. Kyu mulai tersenyum kembali, dia berdiri dsan menarik lenganku sehingga kami bertatap muka sangat dekat.
”Aku akan menunggumu Seohyun, aku juga berjanji akan menjaga hatiku hanya untukmu.” dia pun untuk yang kesekian kalinya dalam hari ini mengecup pipiku. Kupeluk tubuhnya yang mulai menghangat. Sementara di pojok ruangan sana Yesung oppa memandangi kami berdua sambil tersenyum bahagia. Aku yakin dia akan bahagia dengan Victoria eonnie, seperti aku yang berusaha mengizinkan Kyu menempati ruang yang dahulu miliknya.
TAMAT