Selasa, 08 Mei 2012

You're My Endless Love (Fanfiction)


Judul               : You’re My Endless Love
Author             : @HawthornSun3424
Genre              : Romance, Angst, Gaje (?)
Cast                 :
·         Lee Donghae a.k.a. Donghae
·         Park Yeon Rin a.k.a. Rin.
·         Lee Sin Ye a.k.a. Sin Ye.
·         Han Geng a.k.a. Park Hankyung. Pengubahan marga seenak jidat ._.v
·         Another cast.
Length             : One Shoot.
Disclaimer       :  semua cast milik Tuhan dan orang tua masing-masing kecuali Kim Jong Woon yang ditakdirkan untuk menjadi bagian dari keluarga saya XD *peace ._.v* FF asli buatan author, no copas walau saya tahu ini ceritanya nggak mutu, no bash juga! Mianhae kalau ceritanya ngawur dan menjijikkan, saya tahu saya masih newbie dan masih bodoh dalam mengolah kata *wess*. Oke oke, daripada kebanyakan cerewet langsung cekidot aja :DD
---
Oneureun mooseun irin guhni?
Wooruhdduh uhlgool gateunguhl
Geuga nuhui maeumeul apeunge haenni?
Naegen sesang jel sojoonghan nuhinde

*Lee Donghae POV*
Aku terkesiap melihat Park Yeon Rin menangis di bangku taman. Tidak biasanya dia sedih begini. Sebenarnya apa yang membuat dia begitu bersedih? Tanpa menunggu waktu, aku pun menghampiri dia dan menyapanya.
”Annyeong,” Dia menoleh ke arahku dan tampak sangat jelas wajahnya yang sembab. Air mata mengalir dari kedua matanya yang kecokelatan.
”Hm,” jawabnya ketus.
”Waeyo? Kau bisa berbagi denganku,” tanyaku penasaran. Apa yang membuatnya bersedih? Aku tidak mampu melihat dia kusut seperti ini.
”Dimana Wookie?” lanjutku. Tentu saja aku menanyakan dimana keberadaan Wookie. Bukankah Wookie adalah namjachingu Rin? Tapi mengapa aku tidak melihatnya menghibur Rin untuk menghilangkan kesedihannya?
            ”Kau masih mengenalku sebagai sahabatmu kan? Jangan bilang kau lupa akan keberadaanku setelah kau mendapatkan Wookie,” ucapku kecewa melihat Rin terus saja diam.
            ”Bisakah kau diam dan tidak bertanya mengenai saengmu itu?” tegas Rin membuatku kaget. Pasti mereka berdua sedang bertengkar. Sesaat perasaanku seperti menari-nari namun segera aku hapus perasaan senang ini. Teman macam apa aku, bisa-bisanya bahagia di atas penderitaan sahabatku sendiri.
            Aku tersenyum kecut.
’Dia akan menyesal telah membuatmu menangis. Kau itu... sungguh... orang yang berharga bagiku. Jika aku yang bersanding denganmu, kupastikan kau tidak akan tersakiti seperti ini’
”Kajja, ikuti aku!” kutarik lengannya dan kuajak dia berlari-lari kecil. Semula dia menolak dan enggan mengikutiku. Namun syukurlah, akhirnya dia mau juga menurut denganku walau dia terus menunduk dan tetap terdiam selama di jalan.
”Kita sampai!” seruku senang. Rin melongo dan memegang rantaian besi yang menggantungkan papan kayu kecil di depanku.
”Apakah rantai ini masih cukup kuat?” tanyanya kemudian.
”Tentu!” aku langsung menyambar satu ayunan di sebelahnya dan mengayun tubuhku sendiri. Aah, perasaan menyenangkan ini tidak akan pernah terganti baik sejak aku duduk di bangku TK hingga dewasa seperti sekarang.
Rin mengikutiku dan mengayun pelan-pelan. Dia tersenyum kecil. Aah, terimakasih Tuhan telah membuatnya bahagia kembali. Senang sekali bisa melihatnya kembali gembira.
”Gomawo Oppa,” bisiknya lirik. Dia tersenyum manis sekali sambil menatapku.
Aku mengangguk dan membalas senyumannya dengan cengiran lebar.

Hokshi nuhn giuhkhago isseulga?
Nae chingoo hakkyo ape nolluh wadduhn nal
Woorideul yuhnin gatda jangnanchyuhsseul ddae nuhn woossuhggo nan bam jisaewuhjji

            ”Rin,” panggilku setelah kami saling diam untuk beberapa saat.
            ”Ne?”
            ”Kau ingat tidak, kita dulu sering bermain bersama saat TK. Main ayunan seperti saat ini, perosotan, atau juga bermain pasir di pantai. Sampai-sampai Zhoumi mengira aku menyukaimu. Hahaha!” aku tertawa mengingat itu semua.
            ”Zhoumi dewasa terlalu cepat, tahu apa dia tentang perasaan seseorang? Kekeke~” balas Rin tergelak.
            ”Tapi kau begitu jahat meninggalkanku selama 9 tahun lamanya,” gumamku.
            ”Ya! Itu bukan kemauanku. Yang terpenting kini kita sudah bertemu dan bersahabat lagi, bukan? Selama aku pergi kita juga masih saling berhubungan,” ujar Ri membela dirinya.
            ”Kau mendengar gumamanku?” ucapku kaget.
            ”Sudah aku katakan kau tidak bisa bergumam! Sekalipun kau membatin sesuatu, orang lain dapat menebak itu semua,”
            ”Ah, kau ini!” seruku kesal sambil berdiri dari ayunan dan mengacak-acak rambutnya. Rin tertawa semakin kencang dan baru bisa terdiam setelah ku ajak dia pulang.
            ”Sudah sore. Kajja, kita pulang sekarang!” ajakku. Dia masih saja bergeming di papan ayunan. Aku menatap dia tajam dan akhirnya dengan bersungut-sungut dia menurut.
            ”Sepertinya tidak salah jika aku membenci sore,” ucapnya di tengah jalan.
            ”Kalau tidak ada sore kau tidak bisa melihat itu,” balasku sambil menunjuk ke ufuk barat. Cahaya matahari yang jingga oranye itu tersebar di kaki langit. Sunset memang selalu indah. Rin tampak terpesona dan menatap sunset tanpa berkedip. Perlahan dia tersenyum dan itu cukup menghibur hatiku yang sempat kecewa akibat kesedihan Rin yang harus menyudahi permainan ayunannya tadi.
            Namun akhirnya kami harus berpisah juga saat sampai di persimpangan. Dia masih harus lurus dan aku sendiri berbelok ke gang kecil.
            ”Bye!” seru kami berbarengan.
            ”Ehm, Donghae oppa!” panggil Rin sambil mengejarku masuk ke gang. Aku menghentikan langkahku dan berbalik.
”Waeyo?”
”Mianhae, tadi siang..”
”It’s ok,” jawabku sambil mengedipkan mata.
”Apakah kau ada waktu luang besok siang?” tanya Ri kemudian. Dia menatapku kuyu.
”Hm, besok... sepertinya aku tidak ada kegiatan. Wae?”
”Temui aku di Clouds Caffe, ya! Aku ingin menceritakan suatu hal kepadamu. Aku tidak bisa menyimpannya sendiri. Kau masih menganggapku sahabat, kan?”
”Dasar kau ini, bukannya aku yang tadi bertanya demikian? Ne,”
”Ok, jam 10 pagi, kutunggu kau di sana!” kata Ri sambil berlari meninggalkanku menuju jalan utama. Aku merasa sangat senang, bahkan jantungku berdegup sangat cepat kali ini.
>SKIP<
Keesokan harinya, sejak pagi aku sudah bersiap. Kukenakan kaos oblong yang dilapisi kemeja warna merah dengan motif kotak-kotak serta celana jeans biru tua. Ku kayuh sepeda milik kakakku -yang memang tidak pernah dipakai karena kakakku sedang berada di Tokyo baru-baru ini- menuju coffe cafe yang disebutkan Rin semalam. Aku selalu memimpikan pergi ke cafe tersebut dan kemudian meminta Rin menjadi yeojachinguku. Tapi semuanya kandas setelah malam itu...
#Flashback: On#
24 Agustus tahun lalu merupakan hari paling menyedihkan dalam hidupku. Malam itu, aku sedang menghadiri ulang tahun Yesung hyung. Sebelumnya aku tidak pernah berpikir bahwa Rin akan ikut serta dalam acara pesta ini karena dia tidak cukup akrab dengan Yesung hyung. Namun, dugaanku salah. Dia datang sambil menggandeng Wookie, sahabat dekat Yesung hyung. Saat Rin melihatku duduk sendirian, dia menghampiriku dan memperkenalkan Wookie sebagai namjachingunya. Malam itu hatiku terasa tercabik-cabik. Ingin sekali rasanya merebut Rin karena aku tahu kalau aku yang lebih dulu mencintainya tapi tentu saja aku tidak bisa melakukan semua itu karena Wookie juga merupakan salah satu saengku yang amat kusayangi.
”Chukkae, turut berbahagia,” ucapku berpura-pura ikut senang sambil menyalami Wookie.
Malam itu aku pulang dengan perasaan hancur. Padahal aku sudah berencana untuk memberikan gelang perak yang sudah aku beli seminggu yang lalu dan meminta dia menjadi pacarku. Ah, sudahlah, sebaiknya aku relakan saja dia. Toh, jika dia gembira pasti hatiku akan ikut bahagia dengan sendirinya.
#Flashback: Off#
*Park Yeon Rin POV*
Kupandangi jam tanganku. Jam 10 lebih lima belas menit. Kemana sih Donghae oppa? Mengapa sampai telat lima belas menit? Tidak seperti biasanya.
Akhirnya, setelah menunggu beberapa saat kemudian, batang hidung Hae oppa terlihat. Segera kulambaikan tanganku agar dia tahu dimana aku duduk.
”Sudah lama?” tanya Hae oppa setelah memesan minumannya.
”Ani, baru satu abad yang lalu,” ucapku pura-pura kesal.
”Hahaha, mianhae. Apa yang ingin kau ceritakan?”
”Kemarin siang, Oppa. Sebenarnya...”
*Lee Donghae POV*
”Kemarin siang, Oppa. Sebenarnya...” ucap Rin kemudian setelah aku mempersilakan dia untuk bercerita.
Aiss~ apakah yeoja selalu seperti ini? Belum apa-apa sudah kuliat dia menitikkan air mata lagi.
”Aku dan Wookie memutuskan berpisah,” lanjut Rin sesenggukan. Kusapukan selembar tissue ke pipi Rin dan kuhapus air matanya. Jujur, aku sangat kaget mendengar penuturan Rin dan ikut sedih. Namun, jauh di dasar hati, aku merasakan kebahagiaan.
”Waeyo?”
”Aku merasa Wookie sudah tidak sayang kepadaku seperti dulu lagi. Aku... aku...” Rin tampak bersusah payah melanjutkan ceritanya namun aku tau dia takkan sanggup.
”Ah, yaya... kau tidak perlu melanjutkan ceritamu kalau kau rasa itu hanya memperdalam sakitmu. Tetap tersenyum ya! Aku akan selalu ada di sampingmu. Aku berjanji untuk membuatmu bahagia walau tanpa Wookie,” aku meyakinkan Rin dan menatap lembut ke matanya. Dia berusaha keras untuk menghentikan tangis dan mengangguk pelan.
”Nah, begitu lebih baik. Aku tahu kau bukan yeoja yang lemah,” hiburku.
>SKIP<
Sejak Rin menceritakan perihal hubungannya dengan Wookie di cafe beberapa minggu yang lalu, kami –maksudku aku dan Rin- menjadi sangat akrab. Aku merasa rasa sayangku kepadanya mulai tumbuh semakin besar dan dia sendiri kurasakan menjadi lebih perhatian kepadaku. Hingga hari ini, aku memutuskan untuk menyatakn perasaan yang sudah aku pendam selama ini kepada Rin.
Taman Kota, 18.00 KST
            Malam Minggu ini aku mengajak Rin pergi ke taman kota. Tanpa sepengetahuan dia, aku sudah menyiapkan sebuah kejutan kecil. Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk berbincang, aku pun mempersilakan Rin untuk duduk dan aku sendiri masih berdiri di hadapannya. Kuberikan selembar kertas kepada Rin yang tentu saja berisi beberapa kalimat yang mampu mewakili perasaanku.
’When you laugh I feel good too, even when you say it’s just pretend. You bring happiness to the days when I wait for you, the nights when I miss you. Even when I’m alone, it’s okay if I can just see you. I’m always behind you, I’m always looking out for you, but it seems like I have to share…’
“Would you be my yeojachingu? Saranghaeyo” ucapku kemudian setelah dia selesai membaca surat –atau menurutnya hanya puisi copy paste- dariku. Dia menatapku kaget dan kulihat matanya berkaca-kaca.
“Ne, nado saranghaeyo!” balasnya sambil tersenyum menahan tangis. Ku keluarkan sebuah benda, kalung perak berliontin, dan ku kenakan di lehernya. Dia sangat terharu dan aku pun memeluknya. Hatiku senang sekali malam ini. Akhirnya penantianku selama ini tidak sia-sia. Sungguh, rasanya bagian kosong dihatiku mulai terisi.
---
            Kini aku merasa hari-hariku semakin berwarna sejak Rin menerima undangan untuk datang kehatiku. Hampir setiap hari kami mengusahakan untuk saling berkomunikasi walau kegiatan kami di kelas 3 SMA ini juga cukup padat. Di setiap waktu luang kami juga selalu menyempatkan bertemu di cafe. Dia memang yeoja yang baik. Tidak seperti yeoja kebanyakan yang selalu menuntut untuk terus diperhatikan namjachingunya, dialah yang lebih sering perhatian dan membantuku baik dalam masalah sosial maupun tugas dari sekolah. Aku bahagia bisa memiliki dia dan berjanji tidak akan membuatnya menangis lagi.
Drrt... drrt...
            Handphoneku bergetar. Kupandangi layar handphone dan, gotcha! Sepupu yang sudah lama tidak pernah menghubungiku kini mengirimkan sms.
            ’Ya! Donghae oppa! Ini aku sepupumu, Sin Ye. Bogoshippoyo... Aku sekarang sedang berada di Seoul, Oppa. Bisakah kita bertemu di salah satu tempat? Ada titipan dari eommaku untuk keluargamu. Balas ya’
            ’Ya! Nado... sudah lama sejak kita bermain sky diving delapan bulan yang lalu. Tentu, bagaimana kalau di Clouds caffe? Itu caffe terbaik di Seoul. Selain itu letaknya juga strategis, kau akan mudah menemukannya dari pusat perbelanjaan di Seoul ini. Biar kukenalkan lidahmu dengan vanilla latte yang berbeda dari tempat lain’
’Oh, aku tahu tempat itu! Aku pernah ke sana sebelumnya, tapi belum sempat mencicipi vanilla latte. Ok, bagaimana kalau jam 4 sore?’
’Ok, aku tunggu kau di sana. Jangan telat, bye’
’Bye,’
Sepupuku, Sin Ye memang sudah dekat denganku sejak kami bayi. Maka tidak sulit bagi kami untuk akrab kembali setelah berpisah cukup lama.
>SKIP<
Clouds Caffe, 16.03 KST
            ”Aku di sini!” seruku kepada seorang yeoja yang tampak kebingungan.
            Dia pun langsung menghampiriku.
            ”Neomu yeppeo!” ucapku sambil memeluk yeoja yang umurnya tidak jauh berbeda denganku itu. Tiba-tiba mataku menangkap bayangan seorang yeoja yang amat ku kenal juga terpaku menatapku! Park Yeon Rin! Sedang apa dia di sini? Baru saja aku akan memanggilnya untuk menghampiriku, dia malah berlari keluar sambil... ah, menangis!
            Andwae! Apa yang telah kulakukan? Ah! Pasti Rin mengira aku telah berselingkuh dengan yeoja lain karena melihatku memeluk seseorang. Aaaissh! Segera kulepaskan pelukanku dari Sin dan pergi mengejar Rin. Tidak kupedulikan betapa banyak orang yang menatapku bingung. Bahkan tanpa aku lihat pun aku tahu kau Sin juga kebingungan.
            Aku terus berlari dan berharap Rin masih di sekitar sini. Ah, itu dia Rin!
GREP! Ku genggam lengannya dan benar saja, dia sedang menangis.
”Berhenti Rin! Ini semua salah paham!” seruku kalap.
”Salah paham apa? Semuanya jelas, kau menduakanku dan... ah! Tinggalkan aku sendiri!”
”Ini tidak seperti yang kau bayangkan! Dia saudaraku, namanya Lee Sin Ye. Dia menemuiku karena ada sesuatu yang perlu dia berikan untukku!”
”Terserah! Namja memang tidak ada yang berbeda!” Rin sama sekali tidak mempedulikan penjelasanku dan pergi begitu saja. Aku terduduk lemas di tepi jalan hingga aku tak sadar bahwa Sin Ye berjalan mendekatiku.
”Apakah aku melakukan kesalahan?” tanya Sin seperti mengetahui apa yang telah terjadi.
”Aniya, aku yang salah,” jawabku lemas.
”Yeojachingumu?”
”Ne,”
”Ha! Kau tidak pernah memberitahuku! Jahatnya~~”
”Ini bukan waktu yang tepat untuk merajuk Sin!” gertakku.
”Mianhae...”
”Mian, bukan bermaksud membuatmu takut. Tapi,... Rin akan ulang tahun tiga hari lagi, dan pastinya aku telah menghancurkan hati Rin. Aku namjachingu yang jahat,”
”Berarti aku tadi benar,”
”Mwoya???”
”Eh~ aniya. Aku tahu supaya dia tidak marah lagi!” seru Sin girang. Matanya tampak berbinar. Aku menggelengkan kepala tidak percaya. Rin adalah yeoja yang jarang marah. Sekali dia marah, dia akan marah sampai seabad lamanya.
”Jangan bilang kau lupa aku juga seorang yeoja,” sungut Sin.
”Apa urusannya dengan masalahku ini?” tanyaku ketus.
”Aku tahu apa yang dibutuhkan yeoja ketika dia sedang marah!”
”Huh~?”
”Mereka butuh perhatian,”
”Aku pikir aku sudah cukup perhatian,”
“Tidak sampai kau beranjak dari sini dan membelikan kado untuknya,”
”Aku tidak tahu apa yang dia inginkan,”
”Hah? Hello~~ kau ini pacarnya, pabboya!”
”Oke... oke! Aku ingat kalau dia sedang menginginkan jaket bulu akhir-akhir ini. Tapi aku tidak tahu jaket seperti apa yang akan dia sukai,”
”Apapun yang kau beri akan terlihat begitu berharga. Tenang saja,”
”Ayo aku bantu memilihkan jaket!” lanjut Sin.
”Besok saja,”
”Sekarang atau tidak? Aku besok harus mengerjakan proposal kerjaku di rumah teman,” tegas Sin sambil menggeret lenganku agar aku segera beranjak.
”Ne,” jawabku lemas.
Setelah memutari kota, akhirnya aku menemukan sebuah jaket berwarna putih dengan rumbai bulu putih di sekeliling ujung lengan. Neomu kyeopta! Jaket ini sebenarnya bukan murni pilihanku, tetapi juga berdasarkan rekomendasi Sin. Hah, untunglah ada dia, kalau tidak aku akan kerepotan memilih hadiah untuk Rin.
Keesokan harinya aku kembali memikirkan bagaimana caranya agar Rin mau kuajak pergi ke suatu tempat. Sejak tadi pagi belum ada satu pun smsku yang dibalas. Bagaimana ini? Aku hanya bisa berpikir hingga besok, karena lusa adalah hari ulangtahunnya.
Hingga malam menjelang Rin benar-benar tidak menghubungiku. Aku sudah mulai putus asa. Aku ingin sekali meminta bantuan Sin lagi, tapi aku tidak enak jika harus mengganggunya. Tiba-tiba handphoneku bergetar.
’Hoy Hae, eottohke? Sudah baikan?’
’Belum. Bahkan dia belum membalas smsku. Aku harus bagaimana Sin?’
’Coba hubungi adiknya atau kakaknya dulu, bisa saja dia ada alasan tertentu tidak membalas smsmu,’
’Ne, dan aku yakin alasannya pasti karena dia marah kepadaku,’
’Kau yakin? Sudah bertanya?’
’Huh? Belum,’
’Cepatlah bertanya! Ini juga demi hubungan kalian!’
Aku berpikir sebentar dan ingat kalau aku masih menyimpan nomor kakak Rin. Aku dan kakak Rin juga lumayan akrab karena kami dulu satu tim basket sebelum dia akhirnya lulus dan melanjutkan ke universitas.
Aku kembali mengirim sms kepada Sin untuk memintanya menungguku selama menghubungi kakak Rin, Park Han Kyung.
Kuketikkan nomor Hankyung hyung dan kutekan tombol bergambar telepon berwarna hijau. Kutunggu hingga akhirnya ada suara dari seberang sana.
”Yeoboseyo?” sapaku pelan.
”Yeoboseyo. Nuguya?” jawab seorang namja. Hah, untung saja Hankyung hyung belum membuang simcard lamanya.
“Aku Donghae, hyung. Masih mengingatku, kan?”
”Tentu saja! Masa’ aku tidak kenal dengan pacar saengku sendiri, hahaha,”
”Hah, kau tahu?”
”Kau ini bagaimana, aku kan kakak Rin,”
”Maksudku, bukannya sudah lama kau tidak pulang? Kau mengontrak di dekat universitasmu kan? Bagaimana kau bisa tahu?”
”Ya! Rin sering sekali cerita kepadaku tentangmu, bisa dibilang aku ini kakak sekaligus teman curhatnya,”
”Hm,... tapi hyung, Rin sekarang sedang marah kepadaku sejak kemarin sore? Bahkan sms dan teleponku tidak ditanggapi,”
”Kalian sedang marahan? Pantas saja kau tidak main dan menengok Rin ke rumah. Aku sekarang sedang pulang, Rin sakit demam!”
”Huh? Demam? Sejak kapan?”
”Aaah~ sudah sejak kemarin sore. Dia bandel tidak mau masuk ke dalam rumah hingga tengah malam hingga alergi dinginnya kambuh dan akhirnya demam. Katanya dia ingin menunggu seseorang yang dia yakini akan datang. Rin bilang ingin meminta maaf kepada orang tersebut untuk meminta maaf atas keegoisannya yang tidak mau mendengarkan penjelasan orang itu. Kini aku tahu siapa orang yang dimaksud, pasti kau,”
”Huh? Jeongmal hyung? Bagaimana keadaannya sekarang?”
”Dia sekarang sudah tertidur. Sejak semalam dia sering mengigau sambil menyerukan namamu. Panasnya tidak turun-turun. Tapi dokter bilang dia akan baik-baik saja. Sebenarnya kalian ada masalah apa?”
Akhirnya aku ceritakan semua masalah kemarin dan meminta tolong kepada Hankyung hyung untuk membantuku menyelesaikan ini semua.
”Aku akan membantumu, tenang saja. Asal kau berjanji kalau kau tidak mengarang cerita tersebut dan yeoja tersebut memang benar saudaramu,”
”Ah~ dia benar saudaraku hyung. Kalau tidak percaya aku akan pertemukan kau dengan dia maupun bibiku, eomma Sin”
”Ne, aku percaya padamu. Kapan kau akan menengok Rin? Dia selalu gelisah menunggumu,”
”Tenang saja hyung, aku sudah punya rencana!” aku pun menjelaskan semua rencanaku kepada Hankyung hyung.
”Baiklah, ku harap kau tidak mengecewakan dia lagi,”
”Tentu! Ehm, mian hyung, pembicaraan kita harus kuputus hingga sampai sini. Mianhae, sudah mengganggumu. Gamsahamnida untuk bantuannya! Bye,”
Setelah menghubungi Hankyung hyung aku langsung menceritakan semua pembicaraanku tadi kepada Sin. Aku pun meminta dia untuk menemuiku di Caffe Clouds besok siang. Untung saja Sin sedang menikmati sisa hari luangnya sehingga dia menyanggupi permintaanku.
>SKIP<
Caffe Clouds, 14.00 KST
            ”Sin!” aku berteriak senang melihat dia sudah datang. Sin melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar dan berjalan menuju tempat dudukku.
”Ya! Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Sin tanpa basa-basi.
”Kau masih ingat kan kalau besok hari ulang tahun Rin?”
”Ne,” balas Sin singkat.
”Tolong bantu aku! Jebal, kau noonaku yang paling bisa diandalkan!”
”Tumben kau memanggilku noona, kemana Donghwa?” Sin memeletkan lidahnya dan tertawa puas. Biasanya aku memang selalu membandingkan kebaikan Donghwa hyung dengan Sin. Tentu saja aku lebih sering memuji Donghwa hyung karena akan lebih menyenangkan melihat Sin cemberut.
”Aiss, kau! Kau sendiri kan tahu dia sedang pergi ke Tokyo,”
”Jemput saja dia, beres kan?”
”Apa yang bisa dilakukan siswa kelas 3 SMA dengan dompet tipis? Paboya!”
”Hahaha, ok. Apa yang bisa kulakukan?”
”Besok aku temui kau di taman dekat caffe ini, di sana!” ujarku sambil menunjuk taman kecil yang tepat berada di seberang jalan.
”Lalu?”
”Jadi begini,...”
*Sin Ye POV*
            ”Jadi begini,....” Donghae mulai menjelaskan kepadaku hal aneh apa lagi yang berada di otaknya kali ini. Hm, kurasa idenya kali ini bisa dikatakan lebih baik dari sekedar konyol. Tidak kusangka dia mampu berpikir sejauh ini.
            ”Kau yakin ini semua akan berjalan sesuai rencanamu?”
”Tentu, aku bahkan sudah meminta bantuan kepada Hankyung hyung!” serunya puas.
Mwooo?? Hankyung?? Aku terkesiap kaget mendengar nama itu. Aku yang sedang nikmat menyeruput jus strawberry langsung tersedak.
”Ha- Hankyung?” ulangku tidak percaya.
”Iya, Park Hankyung. Kakak Rin. Kau kenapa sih sampai tersedak begini?”
”Ah~ aniya, nae gwaenchana,”
Ingatanku kembali melayang kembali ke lima tahun yang lalu. Hankyung hyung. Seorang namja sunbae di sekolahku yang terkenal karena kepintarannya dalam hal fisika dan merakit barang elektronik mampu meluluhkan hatiku. Tidak sulit untuk akrab dengan dia karena dia adalah orang yang supel dan kebetulan kami pernah ditugaskan untuk mewakili sekolah mengikuti ajang olimpiade fisika. Aku sadar aku telah menyukainya dan dia pun mengetahui itu. Tapi semua kebahagiaan mendadak hancur ketika Hankyung hyung memutuskan melanjutkan SHS ke Seoul dan meninggalkanku tanpa kabar. Setahun kemudian aku merengek kepada eommaku untuk mengizinkan aku sekolah di Seoul karena Donghae sendiri juga ingin melanjutkan sekolah di ibukota Korea Selatan ini. Eomma menyetujui permintaanku namun appaku bersikeras mempertahanku untuk tidak bersekolah di Seoul karena akan memisahkanku terlalu jauh dengan appa dan eomma. Appaku memang overprotektif kepadaku karena aku adalah anak tunggal. Semula aku merasa sangat sedih bahkan mogok sekolah. Namun akhirnya aku mampu menerima semua itu dan memulai kehidupan baru lagi. Tanpa Hankyung sunbae.
>SKIP<
*Author POV*
            Setelah pembicaraan kedua kakak-adik sepupu ini berakhir, mereka pun keluar dari caffe dan Donghae tampak sangat lega telah mengutarakan semua keinginannya.
”Jadi besok aku akan kau pertemukan dengan calon adik iparku?” goda Sin saat Donghae menemani dia menunggu taksi.
Untuk beberapa lama Donghae hanya tersipu malu, wajahnya memerah,”Hahaha, apa-apaan kau ini,”.
”Ya! Aku harus pulang sekarang! Kau sendiri hati-hati ya!” seru Sin sambil masuk ke dalam taksi yang entah sejak kapan berada di sana. Sedari tadi aku hanya menunduk, membayangkan apa yang akan terjadi besok.
>SKIP<
Taman Kota, 07.30 KST
            ”Lama sekali kau ini!” omel Sin ketika aku baru tiba di taman.
            ”Baru telah setengah jam, kan? Aku kesusahan membawa benda ini!” aku bersungut sambil meletakkan kardus besar bekas wadah kulkas.
Tanpa merisaukan gerutuanku, Sin langsung mengajakku untuk langsung pergi ke rumah Rin. Disambarnya kado yang kubawa dan dimasukkan ke dalam tas.
”Kau ini tidak berubah! Kalau kau biarkan kadomu acak-acakan seperti ini dia tidak akan terkesan!”
”Kau sendiri yang bilang kalau kado apapun dariku pasti akan membuatnya senang,”
”Huh! Kajja!” seru Sin sambil menggeretku masuk ke dalam Bus.
Sesampainya di rumah Rin aku tidak langsung masuk ke dalam rumah, tetapi terlebih dulu menelepon Hankyung hyung untuk meminta Rin agar tidak keluar rumah terlebih dahulu. Dia mengiyakan dan berjanji akan membiarkan Rin keluar setelah aku memberi kabar lagi.
Dengan bersusah payah aku masuk ke dalam kardus kulkas. Sementara aku berada di dalam kegelapan dan sempitnya kardus ini, aku mendekap erat kado berisi jaket yang selama ini dinginkan Rin. Setelah semuanya siap, aku mengirim sms kepada Hankyung hyung agar mengajak Rin keluar, sedangkan Sin bersembunyi diantara tanaman rambat yang tumbuh ribun di depan ruman Rin seperti rencana kami sebelumnya.
”Oppa, sejak kapan keluarga kita memesan sebuah kulkas?” sayup-sayup.suara Rin terdengar olehku.
”Aku rasa tidak pernah,” jawab suara yang kuyakini adalah suara Hankyung hyung.
”Lalu apa ini?” seru Rin polos.
”Kajja, dibuka saja!”
”Naega? Waeyo? Mengapa bukan kau?”
”Siapa yang ingin melihat isi kardus ini? Kau kan? Aku sendiri malas. Kalau tidak mau biar appa saja yang membuka,”
”Huh! Tidak sopan, Oppa!”
”Kalau begitu kau saja!”
”Kau yakin ini bukan bom?”
”Ani, mungkin tabung oksigen,”
”Aku serius!”
”Siapa bilang kau bercanda?”
”Haaaah~~” Rin terdengar menyerah menanggapi Hankyung hyung.
Perlahan, aku mendengar suara lakban di sobek dan saat Rin mampu membuka bagian samping kardus menggunakan gunting besar aku tertawa lebar memandangnya. Rin, menggunakan baju terusan berwarna putih sementara rambutnya dibiarkan tergerai, dia tidak berubah, dia tetap manis seperti Rin yang ku kenal selama ini. Rin terkesiap kaget dan bengong menatapku.

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever known
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray
On bended knee
That you will always be
My everything


Kuberikan sebuah kado kepada Rin dan kubiarkan dia memelukku. Dia memelukku sangaaat erat.
”Mianhae, Oppa...” bisiknya lembut menyiratkan sebuah penyesalan.
”Kau tidak salah, Rin. Tidak ada yang perlu dimaafkan,” jawabku sambil membelai rambutnya.
Beberapa saat kemudian, kupalingkan tatapanku ke arah rimbunan pohon rambat namun tidak kudapati Sin berada di situ. Walau hatiku sedikit kecewa mengetahui Sin tidak berada di sini, aku hanya menuruti permintaan Rin untuk berkunjung ke rumahnya dahulu. Akhirnya hubunganku dengan Rin kembali dekat dan ini semua membuatku sangat bahagia!
>SKIP<
*Sin Ye POV*
            Aku terhenyak kaget mendengar suara Hankyung oppa. Aku tak mampu menahan diriku lagi. Aku langsung meninggalkan rumah Rin dan pergi sejauh mungkin yang aku bisa. Akhirnya aku berhasil mendapatkan sebuah bus. Di dalam bus aku baru sadar bahwa sikapku ini pasti akan mengecewakan Donghae. Aku pun memutuskan untuk meminta maaf lewat sms dan berharap dia mampu melegakan apa yang telah mengganjal hidupku selama ini.
            ”Donghae, mianhae aku harus pergi sekarang. Mungkin setelah ini aku akan langsung meninggalkan Seoul, dan pulang ke rumahku. Aku menitipkan salam untuk Rin dan kakaknya. Donghae, aku memohon kepadamu untuk menyampaikan pesanku ini. Terutama untuk Hankyung oppa, katakan kepadanya, ’Sin Ye masih tetap menunggumu, walau dia tahu bahwa kau tidak mungkin bisa menemuinya lagi.’. jebal... gomawo Donghae :) goodbye”

The loneliness of nights alone
the search for strength to carry on
my every hope has seemed to die
my eyes had no more tears to cry
then like the sun shining up above
you surrounded me with your endless love
Coz all the things I couldn't see are now so clear to me

You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever known
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray
On bended knee
That you will always be
My everything

Now all my hopes and all my dreams
are suddenly reality
you've opened up my heart to feel
a kind of love that's truly real
a guiding light that'll never fade
there's not a thing in life that I would ever trade
for the love you give it won't let go
I hope you'll always know


You're the breath of life in me
the only one that sets me free
and you have made my soul complete
for all time (for all time)

You are my everything (you are my everything)
Nothing your love won't bring (nothing your love won't bring)
My life is yours alone (alone)
The only love I've ever known
Your spirit pulls me through (your spirit pulls me through)
When nothing else will do (when nothing else will do)
Every night I pray (I pray)
On bended knee (on my knee)
That you will always bebe my everything


Every night I pray
down on bended knee
that you will always be
my everything
oh my everything
(Lee Donghae - My Everything)
-END-

Wuahaha, akhirnya selesai juga FF stress ini. Mianhae kalau ceritanya aneh ._.v
FF ini sebenarnya buat @Mayszea Prawika Firdausya yang tanggal 3 Mei kemarin ulang tahun, tapi ya gini deh, mundur sampe tanggal 6 .___.
Saengil chukkae aja buat Zea! Semoga suatu saat nanti bisa ketemu Lee Donghae beneran! :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar